PANTAI MINAJAYA
Sejarah Pantai
Minajaya
Pantai Minajaya semula bernama Pantai Kutamara. Sejak tahun 1964 berubah menjadi Pantai Minajaya yang diberikan oleh sebuah pasukan pramuka. Adapun sejarahnya sebagai berikut :
Tanggal 12 April 1964 warga masyarakat pantai Kutamara dikejutkan dengan kedatangan sebuah kapal besar yang menyeruak ombak pantai menuju ke pesisir. Suara pluit panjang tiada henti-hentinya berbunyi. Menambah ketakutan masyarakat yang ada di sana saat itu. Apalagi setelah kapal merapat ke pantai yang disusul dengan turunnya para awak kapal yang membawa jangkar. Masyarakat yang ada di pantai Kutamara kocar kacir mencari perlindungan. Mereka menyangka bahwa kapal itu kapal perang Malaysia yang sengaja menyerang dari arah selatan. Berita itu langsung tersebar ke seluruh wilayah Surade, Ciracap dan Jampangkulon.
Pemerintah Kecamatan Ciracap yang saat itu pemerintahannya dijabat oleh Bapak Adeng segera melaporkan kejadian tersebut kepada Bupati Sukabumi, Bapak Kudi. Pada saat itu kantor pemerintahan kecamatan Ciracap berada di Surade tepatnya di prapatan arah Lapang Lodaya Setra (sekarang Bunderan Surade) dekat Mesjid kaum Al-Jalil. Para upas dan para pemimpin disemua tingkatan berusaha menenangkan rakyat. Sedangkan Juru Penerangan Bapak Jahid, menyarankan agar setiap mesjid mengadakan doa bersama supaya masyarakat Surade selamat dan selalu hati-hati terhadap serangan Malaysia.
Begitu juga dengan kepolisian Sektor Ciracap yang dikomando oleh Bapak Juhro bersiap siaga dan segera melaporkan hal tersebut ke Kapolres Sukabumi. Tidak hanya itu semua guru pun berkumpul untuk ikut menjaga stabilitas keamanan, karena takut terjadi hal-hal yang tidak diharapkan. Di bawah komando Bapak Saleh Somapraja mereka bertindak. Begitu juga dengan TNI-AURI dengan PGT (Pasukan Gerak Tjepat) nya di bawah komando Bapak AULADI siap siaga untuk menjaga segala kemungkinan yang terjadi. Semua masyarakat Surade menyangka bahwa kapal tersebut kapal musuh dari Malaysia. Semua warga siap siaga dengan segala macam peralatan yang ada. Mulai dari para pemuda, orang tua bahkan pejuang veteran siap bertempur melawan Malaysia. Karena pada saat itu sedang terjadi konfrontasi antara negara Indonesia dengan negara Malaysia memperebutkan Irian Jaya dari tangan Belanda.
Berkat kesigapan dan kerja keras pasukan TNI-AU dan TNI-AD (BODM) dapat diketahui bahwa kapal yang datang tersebut kapal ikan yang kehabisan bahan bakar di tengah laut sehingga terombang-ambing dan terdampar ke pesisir pantai Kutamara.
Tiga hari kemudian setelah pemberitahuan dari pemerintah setempat, masyarakat Surade dan sekitarnya datang ke pantai Kutamara untuk menyaksikan sendiri kapal tersebut. Ternyata benar kapal tersebut terdampar pada sebuah karang kurang lebih 300 meter dari pesisir pantai. Pada badan kapal tertulis Minajaya 2. Sehingga tanpa disadari dan peresmian yang syah dari pemerintah pengakuan Minajaya bagi pantai Kutamara terjadi akibat sering terucap dan teringat nama Minajaya.
Seminggu kemudian, tepatnya hari Minggu, 19 April 1964, guru, murid bersama rombongan Gerakan Kepanduan (Gerakan Pramuka) datang ke pantai Kutamara untuk melihat kapal yang karam tersebut. Gerakan Pramuka dibawah pimpinan Bapak Munadi, kemudian menulis pada papan kayu dengan menggunakan cat meni berwarna merah. Di samping papan kayu tersebut ditanam 3 (tiga) macam kelapa, yaitu kelapa hijau, kelapa merah dan kelapa gading (putih kekuning-kuningan). Tulisan tersebut berbunyi :
Dengan karamnya kapal Minajaya tanggal 12 April 1964 di pesisir pantai ini, maka sejak peristiwa itu kami abadikan kau di pantai ini dengan nama ” Pantai Minajaya “.
Kapal Minajaya yang terdampar di pantai Kutamara tidak bisa bertahan lama karena semua isi dan peralatan penting segera diamankan dan langsung diangkat ke Jakarta untuk dikembalikan pada empunya. Sedangkan jasad kapal tersebut oleh masyarakat dibiarkan bahkan sampai lenyapnya pun tidak ada yang bertanggung jawab atasnya. Sampai sekarang pantai Minajaya menjadi tempat yang mengesankan bagi masyarakat.
Akses transportasi menuju Pantai Mina Jaya
Pantai Minajaya merupakan tempat Wisata yang berada di Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi Propinsi Jawa Barat (±6 km dari Kota Surade). Sedikit disayangkan kondisi jalan menuju Pantai Mina Jaya ini lumayan rusak, berbeda dengan dari Sukabumi-Surade sampai ke arah pantai Ujung Genteng yang cukup mulus. Sebelum Mina Jaya saya sempat menemui proyek Jalur Lintas Selatan Jawa yang tampaknya sudah lama dibiarkan terbengkalai, menurut warga sekitar terakhir terlihat ada kegiatan adalah sekitar tahun 2004. Untuk yang pernah main ke Pantai Ujung Genteng, di persimpangan Surade, kita jangan ngambil jalan yang lurus, karena kalau lurus ke Ujunggenteng, kita ambil belok kiri munuju Minajaya.
Untuk akses dari Kota Sukabumi Pantai Mina Jaya berjarak sekitar 125 km, bila menggunakan angkutan umum bisa dengan menumpang colt dari Terminal Sukabumi sampai dengan Terminal Surade tarif 30 ribu rupiah, lama perjalanan dari Sukabumi ke Surade sekitar 4-5 jam dengan colt tersebut. Sementara akses menuju Pantai Mina Jaya dari Terminal Surade bisa dilanjutkan dengan naik ojek.
Wisata
Pantai Minajaya merupakan tempat rekreasi warga masyarakat Surade dan sekitarnya bahkan dari luar kota Sukabumi maupun mancanegara. Pantainya indah dan rindang dengan tumbuhnya pepohonan di pinggir pantai. Panoramanya sangat indah sekali terutama pada saat sore hari. Kita bisa melihat Sunset yang menghias pantai minajaya. Semilir angin pantai begitu nikmat, hingga kalau kita duduk di tenda-tenda yang tersedia tanpa terasa sering tertidur lelap. Pesisir pantainya memang hampar, ombaknya tidak besar sehingga anak-anak kecil dengan bebas bisa mandi sepuas-puasnya tanpa ada rasa kekhawatiran. Di sana terdapat mata air. Masyarakatnya begitu bersahabat. Kita bisa memesan nasi dan ikan bakar dengan harga yang sangat murah.
Pantai Minajaya memiliki keindahan di sepanjang pantainya yang sulit tertuang dengan kata-kata. Pantai ini memiliki pasir yang berwarna kecokelatan, karangnya banyak dengan tingkat keteraturan yang tinggi. Yang paling menakjubkan ialah diatas karang-karang yang luas tersebut ditumbuhi oleh rumput laut yang kelihatan sangat subur. Sungguh pemandangan yang hanya bisa Anda temukan ketika berkunjung ke Minajaya.
Pantai Minajaya memiliki pemandangan yang luar biasa, dimana Anda akan diperlihatkan dengan hamparan rumput laut yang tumbuh subur tepat di bibir pantainya. Luasnya tak terperi, bahkan jika dilihat dari kejauhan nampak seperti padang golf yang sangat mengagumkan dan indah. Apalagi kalau rumputnya terkena oleh air ombak yang menerjang. Kalau Anda ingin melihat rumput laut ini kelihatan subur maka mesti datang ketika musim hujan tiba.
Pantainya masih bisa dikatakan belum tercemar, karena sangat jarang sekali ditemukan sampah-sampah nonorganik disana, mungkin karena masih sangat jarang orang yang mengatahui dan berkunjung ke lokasi ini, berbeda sekali dengan pantai pelabuhan ratu yang tiap tahunnya dikunjungi oleh ratusan bahkan ribuan orang.
Di pantai Minajaya terdapat kampung nelayan dimana orang-orang disana menggantungkan hidupnya dari melaut, dan mencari ikan. Selain itu, beberapa orang yang tak melaut mengambil rumput laut untuk di jual. Orang sana menyebutkan ager-ager. Rumput laut itu biasanya dimakan sebagai lauk nasi, dimakan dengan sambal, maupun diolah lagi dengan berbagai variasi masakan.
Bagi masyarakat sekitar, keberadaan pantai ini merupakan tempat untuk rekreasi keluarga yang bisa dilakukan sambil membakar ikan di tepian pantainya. Pesisir pantainya yang datar dan ombaknya yang sedang membuat keadaan pantai yang jauh dari membahayakan sekalipun digunakan untuk tempat bermainnya anak-anak. Di pinggiran pantai ini terdapat tenda-tenda untuk beristirahat yang dapat Anda gunakan. Di pantai Minajaya pun Anda bisa memesan nasi dan ikan bakar dengan harga yang sangat murah.
Jika anda mencari ketenangan dan suka camping sepertinya Pantai Minajaya pilihan yang tepat karena suasana di pantai ini agak tenang tidak seperti di Ujung Genteng. Penginapan belum tersedia di pantai ini namun warung-warung kecil banyak bertebaran jadi tidak akan susah jika kita butuh sesuatu.
Di sebelah timur pantai Minajaya ada muara sungai Cipamarangan yang menawarkan ketenangan dan keasrian serta kealamian alam. Dari pantai Minajaya bisa ditempuh dengan berjalan kaki kurang lebih 20 menit. Di dekat muara ada mushola permanen, mushola ini sering juga dijadikan tempat istirahat dan dibagian luar mushola sering dijadikan tempat tidur oleh turis lokal yang ingin bermalam. Muaranya sangat bersih dan tidak terlalu besar dan dalam, turis lokal sering berenang di sana. Atau jika anda suka mancing sebaiknya anda bermalam di sana karena pada malam hari ikan Kakap sering strike.
Tak jauh dari muara ada tambak udang, anda bisa berjalan-jalan santai menuju tambak udang dan bisa membeli udang untuk makan malam. Suasananya benar-benar sepi cocok untuk anda yang suka camping menghindari keramaian.
semoga bermanfaat
epul polos
Pantai Minajaya semula bernama Pantai Kutamara. Sejak tahun 1964 berubah menjadi Pantai Minajaya yang diberikan oleh sebuah pasukan pramuka. Adapun sejarahnya sebagai berikut :
Tanggal 12 April 1964 warga masyarakat pantai Kutamara dikejutkan dengan kedatangan sebuah kapal besar yang menyeruak ombak pantai menuju ke pesisir. Suara pluit panjang tiada henti-hentinya berbunyi. Menambah ketakutan masyarakat yang ada di sana saat itu. Apalagi setelah kapal merapat ke pantai yang disusul dengan turunnya para awak kapal yang membawa jangkar. Masyarakat yang ada di pantai Kutamara kocar kacir mencari perlindungan. Mereka menyangka bahwa kapal itu kapal perang Malaysia yang sengaja menyerang dari arah selatan. Berita itu langsung tersebar ke seluruh wilayah Surade, Ciracap dan Jampangkulon.
Pemerintah Kecamatan Ciracap yang saat itu pemerintahannya dijabat oleh Bapak Adeng segera melaporkan kejadian tersebut kepada Bupati Sukabumi, Bapak Kudi. Pada saat itu kantor pemerintahan kecamatan Ciracap berada di Surade tepatnya di prapatan arah Lapang Lodaya Setra (sekarang Bunderan Surade) dekat Mesjid kaum Al-Jalil. Para upas dan para pemimpin disemua tingkatan berusaha menenangkan rakyat. Sedangkan Juru Penerangan Bapak Jahid, menyarankan agar setiap mesjid mengadakan doa bersama supaya masyarakat Surade selamat dan selalu hati-hati terhadap serangan Malaysia.
Begitu juga dengan kepolisian Sektor Ciracap yang dikomando oleh Bapak Juhro bersiap siaga dan segera melaporkan hal tersebut ke Kapolres Sukabumi. Tidak hanya itu semua guru pun berkumpul untuk ikut menjaga stabilitas keamanan, karena takut terjadi hal-hal yang tidak diharapkan. Di bawah komando Bapak Saleh Somapraja mereka bertindak. Begitu juga dengan TNI-AURI dengan PGT (Pasukan Gerak Tjepat) nya di bawah komando Bapak AULADI siap siaga untuk menjaga segala kemungkinan yang terjadi. Semua masyarakat Surade menyangka bahwa kapal tersebut kapal musuh dari Malaysia. Semua warga siap siaga dengan segala macam peralatan yang ada. Mulai dari para pemuda, orang tua bahkan pejuang veteran siap bertempur melawan Malaysia. Karena pada saat itu sedang terjadi konfrontasi antara negara Indonesia dengan negara Malaysia memperebutkan Irian Jaya dari tangan Belanda.
Berkat kesigapan dan kerja keras pasukan TNI-AU dan TNI-AD (BODM) dapat diketahui bahwa kapal yang datang tersebut kapal ikan yang kehabisan bahan bakar di tengah laut sehingga terombang-ambing dan terdampar ke pesisir pantai Kutamara.
Tiga hari kemudian setelah pemberitahuan dari pemerintah setempat, masyarakat Surade dan sekitarnya datang ke pantai Kutamara untuk menyaksikan sendiri kapal tersebut. Ternyata benar kapal tersebut terdampar pada sebuah karang kurang lebih 300 meter dari pesisir pantai. Pada badan kapal tertulis Minajaya 2. Sehingga tanpa disadari dan peresmian yang syah dari pemerintah pengakuan Minajaya bagi pantai Kutamara terjadi akibat sering terucap dan teringat nama Minajaya.
Seminggu kemudian, tepatnya hari Minggu, 19 April 1964, guru, murid bersama rombongan Gerakan Kepanduan (Gerakan Pramuka) datang ke pantai Kutamara untuk melihat kapal yang karam tersebut. Gerakan Pramuka dibawah pimpinan Bapak Munadi, kemudian menulis pada papan kayu dengan menggunakan cat meni berwarna merah. Di samping papan kayu tersebut ditanam 3 (tiga) macam kelapa, yaitu kelapa hijau, kelapa merah dan kelapa gading (putih kekuning-kuningan). Tulisan tersebut berbunyi :
Dengan karamnya kapal Minajaya tanggal 12 April 1964 di pesisir pantai ini, maka sejak peristiwa itu kami abadikan kau di pantai ini dengan nama ” Pantai Minajaya “.
Kapal Minajaya yang terdampar di pantai Kutamara tidak bisa bertahan lama karena semua isi dan peralatan penting segera diamankan dan langsung diangkat ke Jakarta untuk dikembalikan pada empunya. Sedangkan jasad kapal tersebut oleh masyarakat dibiarkan bahkan sampai lenyapnya pun tidak ada yang bertanggung jawab atasnya. Sampai sekarang pantai Minajaya menjadi tempat yang mengesankan bagi masyarakat.
Akses transportasi menuju Pantai Mina Jaya
Pantai Minajaya merupakan tempat Wisata yang berada di Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi Propinsi Jawa Barat (±6 km dari Kota Surade). Sedikit disayangkan kondisi jalan menuju Pantai Mina Jaya ini lumayan rusak, berbeda dengan dari Sukabumi-Surade sampai ke arah pantai Ujung Genteng yang cukup mulus. Sebelum Mina Jaya saya sempat menemui proyek Jalur Lintas Selatan Jawa yang tampaknya sudah lama dibiarkan terbengkalai, menurut warga sekitar terakhir terlihat ada kegiatan adalah sekitar tahun 2004. Untuk yang pernah main ke Pantai Ujung Genteng, di persimpangan Surade, kita jangan ngambil jalan yang lurus, karena kalau lurus ke Ujunggenteng, kita ambil belok kiri munuju Minajaya.
Untuk akses dari Kota Sukabumi Pantai Mina Jaya berjarak sekitar 125 km, bila menggunakan angkutan umum bisa dengan menumpang colt dari Terminal Sukabumi sampai dengan Terminal Surade tarif 30 ribu rupiah, lama perjalanan dari Sukabumi ke Surade sekitar 4-5 jam dengan colt tersebut. Sementara akses menuju Pantai Mina Jaya dari Terminal Surade bisa dilanjutkan dengan naik ojek.
Wisata
Pantai Minajaya merupakan tempat rekreasi warga masyarakat Surade dan sekitarnya bahkan dari luar kota Sukabumi maupun mancanegara. Pantainya indah dan rindang dengan tumbuhnya pepohonan di pinggir pantai. Panoramanya sangat indah sekali terutama pada saat sore hari. Kita bisa melihat Sunset yang menghias pantai minajaya. Semilir angin pantai begitu nikmat, hingga kalau kita duduk di tenda-tenda yang tersedia tanpa terasa sering tertidur lelap. Pesisir pantainya memang hampar, ombaknya tidak besar sehingga anak-anak kecil dengan bebas bisa mandi sepuas-puasnya tanpa ada rasa kekhawatiran. Di sana terdapat mata air. Masyarakatnya begitu bersahabat. Kita bisa memesan nasi dan ikan bakar dengan harga yang sangat murah.
Pantai Minajaya memiliki keindahan di sepanjang pantainya yang sulit tertuang dengan kata-kata. Pantai ini memiliki pasir yang berwarna kecokelatan, karangnya banyak dengan tingkat keteraturan yang tinggi. Yang paling menakjubkan ialah diatas karang-karang yang luas tersebut ditumbuhi oleh rumput laut yang kelihatan sangat subur. Sungguh pemandangan yang hanya bisa Anda temukan ketika berkunjung ke Minajaya.
Pantai Minajaya memiliki pemandangan yang luar biasa, dimana Anda akan diperlihatkan dengan hamparan rumput laut yang tumbuh subur tepat di bibir pantainya. Luasnya tak terperi, bahkan jika dilihat dari kejauhan nampak seperti padang golf yang sangat mengagumkan dan indah. Apalagi kalau rumputnya terkena oleh air ombak yang menerjang. Kalau Anda ingin melihat rumput laut ini kelihatan subur maka mesti datang ketika musim hujan tiba.
Pantainya masih bisa dikatakan belum tercemar, karena sangat jarang sekali ditemukan sampah-sampah nonorganik disana, mungkin karena masih sangat jarang orang yang mengatahui dan berkunjung ke lokasi ini, berbeda sekali dengan pantai pelabuhan ratu yang tiap tahunnya dikunjungi oleh ratusan bahkan ribuan orang.
Di pantai Minajaya terdapat kampung nelayan dimana orang-orang disana menggantungkan hidupnya dari melaut, dan mencari ikan. Selain itu, beberapa orang yang tak melaut mengambil rumput laut untuk di jual. Orang sana menyebutkan ager-ager. Rumput laut itu biasanya dimakan sebagai lauk nasi, dimakan dengan sambal, maupun diolah lagi dengan berbagai variasi masakan.
Bagi masyarakat sekitar, keberadaan pantai ini merupakan tempat untuk rekreasi keluarga yang bisa dilakukan sambil membakar ikan di tepian pantainya. Pesisir pantainya yang datar dan ombaknya yang sedang membuat keadaan pantai yang jauh dari membahayakan sekalipun digunakan untuk tempat bermainnya anak-anak. Di pinggiran pantai ini terdapat tenda-tenda untuk beristirahat yang dapat Anda gunakan. Di pantai Minajaya pun Anda bisa memesan nasi dan ikan bakar dengan harga yang sangat murah.
Jika anda mencari ketenangan dan suka camping sepertinya Pantai Minajaya pilihan yang tepat karena suasana di pantai ini agak tenang tidak seperti di Ujung Genteng. Penginapan belum tersedia di pantai ini namun warung-warung kecil banyak bertebaran jadi tidak akan susah jika kita butuh sesuatu.
Di sebelah timur pantai Minajaya ada muara sungai Cipamarangan yang menawarkan ketenangan dan keasrian serta kealamian alam. Dari pantai Minajaya bisa ditempuh dengan berjalan kaki kurang lebih 20 menit. Di dekat muara ada mushola permanen, mushola ini sering juga dijadikan tempat istirahat dan dibagian luar mushola sering dijadikan tempat tidur oleh turis lokal yang ingin bermalam. Muaranya sangat bersih dan tidak terlalu besar dan dalam, turis lokal sering berenang di sana. Atau jika anda suka mancing sebaiknya anda bermalam di sana karena pada malam hari ikan Kakap sering strike.
Tak jauh dari muara ada tambak udang, anda bisa berjalan-jalan santai menuju tambak udang dan bisa membeli udang untuk makan malam. Suasananya benar-benar sepi cocok untuk anda yang suka camping menghindari keramaian.
semoga bermanfaat
epul polos
0 komentar:
Post a Comment